Rabu, 20 April 2011

APA KABAR PERMAISURIKU?

Entah dimana dirimu berada
Hampa terasa diriku tanpa dirimu
Apakah disana kau merindukan aku
Seperti diriku yang selalu merindukanmu
Selalu merindukanmu….

Suara Ari Lasso yang melantunkan tambang Hampa menghiasi ruang belajarku malam itu. Kala sendiriku yang tengah sibuk dengan tugas-tugas sekolah, lagu tersebut telah merasuk ke dalam relung hatiku. Menggetarkan naluriku, menyentak bathinku. Menenggelamkanku dalam kerinduan yang sangat pada seseorang yang selalu kutunggu hadirnya. Kunanti sapaan lembutnya. Kurindu melihat seulas senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya. Wajah yang penuh kasih, teduh bercahaya, seteduh rembulan, lagi sopan pribadinya.
Ah…. Aku telah terlalu jauh menembus imajiku. Sangat jauh hingga aku pun ragu akankah dapat kugenggam kembali.
“Ah….” Desahku. “Melamun lagi dech. Padahal aku mesti menyelesaikan tugas-tugas yang telah lama menumpuk. Besok ada ujian kimia lagi” batinku cemas.
Namun, bilangan detik berikutnya aku sudah tidak kuat menguasai jasad ini. Aku telah terbang mencari memori yang terlalu rapi kusimpan hingga nyaris hilang. Kuraba nostalgia indah itu. Kucoba menyusun lembar demi lembar catatan perjalanan masa remajaku yang sarat dengan keceriaan, kegembiraan, wajah-wajah polos, yang sedang merangkak untuk mengerti pongahnya dunai yang kutempati. Dan mulai mengenal adanya cinta, meski sebagian besar orang menyebutnya dengan cinta monyet. Tak apalah. Tidak terlalu kupusingkan istilah itu.
Layaknya suatu kehidupan, masa remaja adalah sebuah sisi kehidupan anak manusia yang mestinya diisi dengan “nuansa pisang”. Namun tak jarang, banyak yang tersungkur dalam gelapnya “tinja”.
Tak kusangka, perpisahan dengan teman-teman SMP-ku menyiratkan rasa mendalam bagiku. Tak kuduga, ternyata aku merasa berat untuk berpisah. Saat satu persatu teman-teman yang kusayangi meninggalkan kenangan yang begitu mempesona di SMPANSA, sebagian hatiku turut mereka bawa pergi. Jauh dari jangkauan insan lemah sepertiku. Aku tak kuasa mengucap sepatah katapun pada mereka. Juga pada sosok itu. Aku hanya bisa menatapnya dari jauh. Membalas senyuman yang dia lemparkan dengan perasaan pahit dan getir.
Dengan sisa-sisa tenaga di masa lalu, kucoba bangkit. Tak ada gnanya mengingat masa silam saja. Aku mulai menata kembali semangat yang telah berserakan di jalanan sepi. Kubangun sebuah menara motivasi di lubuk hati. Aku memutuskan untuk melanjut ke sebuah sekolah negeri di kotaku. Bukan sekolah favorit, tapi aku merasa itulah tempat yang cocok buatku. Dan sosok itu, kudengar melanjutkan studinya keluar daerah, mondok di pesantren.
Aku semakin jarang bertemu dengannya. Segala gundah hanya mampu kucurahkan dalam diaryku. Hanya doa yang bisa kuberikan padanya, seseorang yang namanya telah melekat di hatiku.
8 tahun berlalu sudah.
Entah berapa liter airmata yang terbuang saat kumerindukan hadirnya, namun yang ada hanya nostalgia. Ya…. Aku rindu. Sangat rindu. Pada sosok yang telah membawa terbang sebagian hatiku. Yang telah memberiku harapan untuk dapat menuai kasihnya. Yang telah menyatakan “Tunggulah, aku pasti akan kembali”. Yang telah mengungkapkan “Aku suka kamu. Hanya kamu. Tak tahu kenapa aku menyukaimu. Meskipun kamu hanya gadis biasa. Namun yang kutahu, aku suka padamu dan hanya menyukaimu.”
Maafkan aku! Tak seharusnya aku serius menanggapi ucapanmu. Saat kutahu kau telah kembali ke kota ini, aku terus menunggu, menunggu dan menunggu sapaan lembut yang selalu kau ucapkan kala kita jumpa “Apa kabar permaisuriku?” ****

3 komentar:

  1. lagunya bikin deg-degan mba, bagus bagus dan lepas... acung jempol sip,

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks jempolnya...
      ungkapan hati yang rindu, jd melow gt bawaannya... :-)

      Hapus

Si cantik elegan sahabat semua kalangan

Di Penghujung tahun 2017, dia hadir. Di antara empat bersaudara dari keluarga Xseries, dia yang tampil menawan bagiku.. "Mu...