Minggu, 10 April 2011

Pena yang Hilang

Cuaca hari itu sangat cerah. Tidak ada sedikit pun mendung di cakrawala langit. Hanya awan putih yang berarak teratur mengikuti irama Sang Maha Pengatur. Tapi suasana hati Aulia begitu berbeda dengan keadaan cuaca yang terang benderang. Dia kelihatan sangat bersedih.
Aulia menghampiri ayahnya yang sedang sibuk memeriksa tugas-tugas muridnya di ruang kerja sang ayah. Ayahnya yang sedang sibuk tidak menyadari akan kehadiran putranya. Dia begitu terkejut ketika tiba-tiba dia mendapati Aulia telah berada di sampingnya. Ketika melihat putranya begitu nelangsa, sang ayah menghentikan pekerjaannya dan berujar: ”Kenapa kau kelihatannya sangat bersedih anakku? Apa yang terjadi denganmu?”


“Aku sudah berusaha mencari pulpenku yang hilang Ayah, tapi aku tidak menemukannya.”
Ayahnya berkata dengan lembut: “Sebenarnya pulpenmu ada di kamarmu, Anakku dan jika kau cari dan bersabar dalam mencarinya, pasti kau akan menemukan pulpenmu kembali.” Berhenti sesaat, dan ayahnya melanjutkan: “Maukah kau Ayah perdengarkan sebuah cerita wahai anakku?
Aulia menatap ayahnya kemudian mengangguk.
“Duduklah dengan tenang dan simaklah cerita ini baik-baik.”
“Sebuah pasukan mengalami kekalahan dalam sebuah peperangan. Duduklah pemimpin pasukan itu di samping sebuah batu besar. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah mengalami kekalahan. Dia tertunduk lemas sekian lama. Saat dia mendongakkan kepala, dia melihat seekor semut sedang berusaha memanjat batu besar yang ada di samping tempat duduknya, akan tetapi semut itu terjatuh. Pemimpin pasukan memperhatikan sang semut begitu sabar dan tidak berputus asa. Sang semut terus berusaha dan berusaha hingga akhirnya dia bisa berada di puncak batu besar itu.
Melihat usaha sang semut, pemimpin pasukan bergegas kembali kepada pasukannya, kemudian mengumpulkan seluruh pasukannya, mengatur barisannya dan memimpin pasukannya kembali berperang hingga mendapati kemenangan” Ayahnya mengakhiri cerita dan sekilas melirik pada Aulia.
“Terimakasih atas ceritanya Ayah” ujar Aulia lebih bersemangat.
Aulia pun segera berdiri, kembali ke kamarnya, mencari pulpennya dengan penuh kesabaran hingga akhirnya dia menemukan pulpennya yang hilang .

dia kembali kepada ayahnya dengan hati riang dan wajah gembira seraya berkata: “Ayah, aku baru saja mempelajari pelajaran yang sangat berguna hari ini. Terimakasih Ayah.”
Ayahnya tersenyum bahagia melihat anaknya telah kembali ceria. ****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Si cantik elegan sahabat semua kalangan

Di Penghujung tahun 2017, dia hadir. Di antara empat bersaudara dari keluarga Xseries, dia yang tampil menawan bagiku.. "Mu...